watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

AKU DAN 3 TEMAN ADIKKU

Awal kisah ini bermula saat Dewi, adikku yang
paling bungsu, akan mengerjakan tugas
kelompok dengan teman-teman kampusnya di
rumah. Dewi memang dikaruniai wajah yang
cantik ditambah dengan dandanannya yang
modis, sehingga tidak heran banyak teman-
teman kampusnya yang naksir kepadanya,
walaupun mereka tau kalau saat ini Dewi sudah
memiliki pacar.
Hari itu aku yang sedang libur kerja bersantai-
santai di rumah sambil bermain Handphone.
Saat itu seluruh keluargaku, kecuali Dewi, sedang
pergi ke Mal untuk membeli keperluan bulanan.
Aku tidak berminat ikut dengan mereka karena
sekarang sedang tanggal tua.
“Teh, Dewi keluar sebentar ya! Mau ke rumah
teman dulu. Nanti kalau ada telepon dari teman
Dewi yang namanya Benny, suruh langsung
datang ke rumah aja. Dia mau ngerjain tugas
kampus bareng Dewi…” kata Dewi yang sudah
terlihat siap mau pergi.
“Ok deh adikku yang cantik…!” candaku.
“Makasih ya Teh…” jawab Dewi sambil
tersenyum kemudian bergegas pergi.
Tidak lama setelah Dewi pergi, telepon rumah
berdering. Ketika aku angkat ternyata dari salah
satu teman Dewi yang bernama Benny. Sesuai
pesan Dewi, maka aku menyuruh Benny untuk
langsung datang saja ke rumah. Sekitar 20 menit
kemudian, kudengar ada suara ketokan di pagar
depan rumahku. Setelah aku membuka pintu
rumah untuk melihat siapa yang datang,
ternyata ada 3 orang anak muda sedang berdiri
di depan pagar rumahku.
“Maaf, mau nyari siapa ya?” tanyaku.
“Saya Benny, temen kampusnya Dewi. Dewinya
ada Kak?” jawab salah satu dari mereka.
Ternyata Benny tidak datang sendirian,
melainkan dengan dua orang yang kemudian
aku tau mereka juga teman kelompoknya Dewi.
“Dewi masih di rumah temannya. Tunggu di
dalam aja yah, mungkin sebentar lagi Dewi
pulang…” kataku mempersilahkan masuk.
“Makasih Kak…” sahut mereka hampir
bersamaan.
“Dasar Dewi! Temannya kok cowok semua
sih…” gumamku pelan saat mereka sedang
membuka pintu pagar.
Setelah berkenalan, aku baru tau nama dua
orang teman Dewi yang lain, yaitu Didit dan
Erwin. Secara fisik, mereka berwajah biasa-biasa
saja. Benny berkulit sawo matang, kurus,
berambut cepak dan dekil. Sedangkan Didit dan
Erwin tidak jauh berbeda dengan Benny, tapi
mereka berkulit lebih hitam, keduanya berambut
keriting. Menurutku mereka semua lebih mirip
berandalan daripada mahasiswa. Walaupun aku
tidak pilih-pilih dalam berteman, tapi aku jadi
merasa risih dengan penampilan mereka.
“Kok Dewi mau sih berteman dengan mereka…”
pikirku dalam hati.
Sekedar berbasa-basi, aku menemani mereka
ngobrol di ruang tamu. Pada awalnya obrolan
kami hanya di sekitar kegiatan kampus mereka
saja. Hari itu aku memakai kaos longgar warna
krem tanpa bra dengan bawahan celana pendek
ketat warna putih. Selagi mengobrol, terkadang
aku menangkap mata mereka melirik ke arah
payudara dan pahaku. Tapi karena mereka
adalah teman-teman adikku, maka aku berpikiran
positif saja. Apalagi usia mereka juga baru 18
tahunan, jadi masih anak kecil menurutku.
“Kok kakak nggak ikut pergi sama keluarga? Gak
bosen di rumah sedirian…?” tanya Erwin.
“Kakak lagi malas ikut. Lagian banyak godaan
kalo liat barang-barang bagus. Kakak takut boros
nih…” candaku.
“Emang Kak Tita ngapain aja kalo lagi sendirian
gini? Nggak takut ada orang masuk apa? Untung
aja kami dateng ya. Jadi bisa jagain Kak Tita
deh…” kata Benny bercanda.
Aku menjawab dengan sedikit menggoda “Bener
nih mau jagain kakak? Ya udah kalo gitu temenin
kakak aja ya sampai Dewi pulang…”
Mereka pun malu-malu mendengar jawabanku,
mungkin karena mereka melihat wajahku yang
seperti cewek pendiam, namun ternyata bisa
juga menggoda mereka. Setelah saling pandang
sejenak, mereka bertiga akhirnya setuju untuk
menemaniku sampai Dewi pulang. Mungkin
tadinya mereka merasa sungkan berlama-lama
karena Dewi tidak ada di rumah, namun pikiran
mereka berubah setelah aku bersikap ramah.
Aku kemudian menyuguhkan minuman dan kue
ringan untuk mereka. Aku sempat merasakan
mata mereka sedang melihat ke arah
payudaraku yang tidak terbungkus bra saat aku
sedang menunduk untuk menaruh mimuman di
atas meja. Apalagi kaos yang aku pakai saat itu
longgar, sehingga pemandangan tersebut pasti
membuat mereka menelan ludah. Tapi aku masa
bodoh dengan hal tersebut.
Setelah lama berbincang, ternyata mereka
semua orangnya ramah dan enak diajak ngobrol
mulai dari topik yang ringan sampai obrolan-
obrolan yang agak serius. Sambil makan dan
minum kami mengobrol dan bercanda panjang
lebar.
Sedang asyik-asyiknya mengobrol, aku
mendengar bunyi SMS masuk ke HP-ku.
Ternyata dari Dewi yang berisikan dia akan
pulang sekitar 2 jam lagi, karena masih ada
urusan dengan temannya. Setelah memberitahu
ke Benny, Erwin dan Didit, ternyata mereka tidak
keberatan untuk menunggu selama itu.
Kemudian kami melanjutkan obrolan yang
sempat terputus.
Di tengah obrolan Benny bertanya “Kalo kakak
pacaran ngapain aja sih?”
“Kayak orang pacaran biasa aja. Paling nonton
sama makan aja…” jawabku.
“Bukan itu maksud Benny Kak. Maksudnya
sampai sejauh mana pacarannya?” tanya Benny
lagi yang sepertinya belum puas dengan
jawabanku barusan.
“Oh itu maksud kamu Ben? Kalau kakak sih
pacarannya paling sampai sebatas ciuman aja.
Hayoo pasti kamu udah mikir yang macam-
macam ya!?” aku sengaja berkata seperti itu agar
membuat mereka menjadi salah tingkah.
Benar saja seperti dugaanku tadi, begitu
mendengar jawabanku barusan wajah mereka
pun mulai memerah karena malu. Kemudian
karena takut aku marah akibat pertanyaan Benny
tadi, mereka semua hanya tertunduk tanpa
berani berbicara sepatah kata pun. Suasana
ruangan yang tadinya ramai oleh obrolan kami
berempat mendadak menjadi sepi.
“Kak Tita, bosen nih ngobrol sambil makan
doang. Boleh nonton DVD nggak? Kebetulan
Didit bawa Film bagus neh…” kata Didit
memecah kesunyian.
“Boleh aja…! Kakak juga suka nonton Film. Yuk
kita nonton di ruang tengah…” kataku tanpa
curiga DVD apa yang Didit bawa.
Akhirnya kami berempat duduk di sofa ruang
tengah untuk siap-siap menonton. Ternyata
begitu DVD diputar, aku sempat kaget karena
ternyata Film yang Didit bawa adalah Film porno.
Namun aku tetap tidak beranjak dari tempat
duduk karena adegan-adegan di film tersebut
membuat aku penasaran. Ruang tengah itu
menjadi hening karena semua terpaku pada
layar TV. Walaupun aku sedang serius
menonton, namun aku sadar kalau mata mereka
melirik ke arah pahaku. Setelah kira-kira 45 menit
lamanya, Film itu pun berakhir.
“Kakak serius banget sih nontonnya tadi?” ledek
Benny.
“Kayak kamu nggak serius aja Ben!” aku
membalas ledekan Benny sambil tersenyum.
Kemudian aku bertanya iseng kepada mereka
“Kalian bertiga pernah nggak melakukan kayak di
Film tadi?”
Mereka semua menggeleng dan berkata “Belum
Kak. Emangnya Kak Tita udah pernah?” tanya
Didit penasaran.
Tanpa terlebih dahulu menjawab pertanyaan
Didit, aku menyuruh Benny dan Didit yang
duduk mengapitku agar lebih mendekat
kepadaku. Sedangkan Erwin yang duduk paling
ujung, aku suruh duduk di depanku.
Setelah mereka semua mengelilingiku, aku
berkata “Mau nggak kalian Kakak ajarin supaya
jadi pria dewasa?”
“Ma-maksud Kak Tita apa sih?” tanya Didit
dengan gugup.
“Begini maksud Kakak…” kataku sambil meraih
tangan Didit dan Benny lalu ditaruh di kedua
payudaraku.
Mereka berdua tampak kaget sekali waktu itu.
“Kak, kalo Dewi tiba-tiba pulang gimana dong?”
kata Benny khawatir.
“Dewi pulangnya masih sekitar 1 jam lagi kok…”
jawabku menenangkannya.
Kemudian aku meraih tangan Erwin dan
meyuruhnya meraba-raba di sekitar paha dan
kemaluanku. Aku yang masih berpakaian
lengkap menikmati saat Benny dan Didit meraba-
raba payudaraku. Aku dapat merasakan
putingku mulai menonjol karena sudah
terangsang.
Sekarang Erwin berusaha menarik lepas celana
pendekku sedangkan Benny membuka kaosku.
Jadi sekarang tubuhku hanya dibalut celana
dalam warna putih transparan. Terlihat jelas
lekukan garis kemaluanku yang tanpa bulu itu.
Payudaraku yang berukuran kecil namun padat
serta putingnya yang kecoklatan itu membuat
nafsu Benny bangkit, tanpa diperintah lagi dia
mengulum puting kiriku, sementara puting
kananku dikulum Didit. Erwin membuka lebar
pahaku dan mengelus-elus belahan di tengahnya
yang masih tertutup celana dalamku.
Lidah Benny mulai naik ke leher, pipi hingga
akhirnya aku berciuman dengannya. Aku lalu
membuka mulut membiarkan lidah Benny
bermain-main di dalamnya. Aku pasrah saja
mengikuti irama tarian lidah Benny sambil
memejamkan mata. Permainan lidahnya benar-
benar membuat sesak nafasku. Benny mulai
terangsang, kurasakan dari nafasnya yang
kacau.
“Enak nggak ciuman sama Benny Kak?” tanya
Benny di sela-sela berciuman denganku.
Aku yang sedang kesibukan melayani serangan
lidahnya, hanya menjawab dengan anggukan.
Sementara itu tanganku mulai membuka
resleting celana jeans milik Benny lalu masuk ke
celana dalamnya.
Batang kemaluan Benny yang sudah tegang
sejak tadi seakan-akan mau meledak saja begitu
tanganku mulai mengocoknya. Didit yang duduk
di sebelah kanan masih terlihat menikmati
payudaraku, sedangkan tangannya mulai masuk
ke dalam celana dalamku. Sehingga sekarang
kemaluanku sedang dimainkan oleh Erwin dan
Didit. Aku merasakan celana dalamku juga sudah
mulai basah oleh cairan vaginaku.
“Aaaaahhh… Kaliaaan hebaaat bangeet sihh!
Padahaaal kaliaaan bilaang beluuum pernaaah
ngelakuiiin… Aaaaahhh…!” desahku yang
semakin menikmati permainan mereka.
Mereka semua menyeringai mesum menikmati
ekpresi wajahku yang telah terangsang. Tak
lama kemudian aku melihat Erwin mulai melepas
celana dalamku sehingga sekarang tubuhku
sudah dalam keadaan telanjang. Ketiganya
terlihat berdecak kagum serta jakun mereka naik
turun melihat tubuhku yang sudah polos tanpa
sehelai benang pun. Lelaki normal mana pun
pasti akan tergiur oleh tubuhku yang mulus
karena sering aku rawat dengan teratur.
Tangan-tangan kasar mereka mulai bergerilya
lagi di sekujur tubuhku. Tubuhku bergetar
merasakan sensasi nikmat yang melandaku.
Seperti sudah direncanakan, Benny sekarang
meraba-rabai tubuh bagian atasku, sedangkan
Erwin dan Didit kelihatannya lebih tertarik pada
bagian bawahku.
“Gue demen banget sama memeknya Kak Tita.
Botak dan licin…!!” kata Erwin yang disambut
tawa teman-temannya.
Erwin kelihatan sangat menikmati menggesekkan
jari-jarinya pada bibir vaginaku yang sudah
dalam keadaan sangat basah. Didit yang tadi
hanya mengelus-elus pahaku menjadi tertarik
untuk ikut merabai vaginaku. Hal tersebut tentu
saja membuat nafasku semakin memburu. Tak
cukup puas hanya memainkan vaginaku dengan
jari, sekarang Erwin dan Didit mulai menjilati
paha dan vaginaku bergantian. Kemudian aku
mulai merasakan daging kecil di dalam vaginaku
sedang dijilat, dihisap bahkan hingga digigit kecil
oleh mereka.
Ulah mereka berdua membuatku berkelejotan
“Ohhh… Ja-jangan kayak gitu… Kakaaak geliii
nih…!! Aaaaaaahhh…”
Tanpa memperdulikanku kata-kataku tadi, Erwin
dan Didit terus mempermainkan vaginaku.
“Ooohhh… Oooooooohhh… Enaaakk…
Aaaaaaah…” aku hanya bisa mendesah pasrah.
“Baru pernah ngerasain yang kayak gini ya Kak?”
ejek Benny sambil terus meremas payudaraku.
“Aaaaaaaaaaahhh…” tanpa menjawab
pertanyaan Benny aku terus mendesah
merasakan rangsangan pada seluruh otot-otot
vaginaku.
Karena sudah dilanda birahi tinggi, aku yang
ingin melanjutkan permainan ini ke tahap
selanjutnya, berkata kepada mereka bertiga
“Kalian buka baju juga dong. Kan nggak enak
kalo cuma Kakak sendirian yang telanjang…”
Mendengar permintaanku tadi mereka pun mulai
melepas baju. Mula-mula mereka masih merasa
risih, mungkin karena baru pertama kalinya
mereka telanjang di depan cewek, namun lama-
lama mereka mulai terbiasa. Setelah mereka
semua dalam keadaaan telanjang, aku berbaring
telentang di lantai ruang tengahku. Erwin yang
belum menikmati payudaraku mulai mengulum
benda itu, sedangkan aku sendiri memainkan
buah zakar Didit dengan tanganku.
“Eeeemmhh…” aku mendesah ketika merasakan
pahaku dibuka lalu disusul rasa geli bercampur
nikmat pada vaginaku.
Ternyata kini giliran Benny menjilati kemaluanku.
Ia membenamkan wajahnya pada
selangkanganku dan mulai menjilati vagina yang
masih rapat dan tanpa bulu itu dengan rakus.
Kedua jarinya merenggangkan bibir vaginaku
sehingga terkuaklah bagian dalamnya yang
merah dan berlendir itu. Darahku semakin
berdesir merasakan lidah kasar Benny mengais-
ngais vaginaku, terlebih lagi ketika lidah itu
menyentuh klitorisku.
“Eehhhhmm… Wa-wangi banget memek
Kakak… Sluuurpp…” puji Benny sambil terus
menjilat vaginaku yang terawat dengan baik.
“Enak kan Ben? Rasa memeknya Kak Tita emang
top banget deh…!!” kata Erwin setuju dengan
ucapan Benny.
Benny membuka pahaku lebih lebar sehingga ia
semakin leluasa menjilat dan menghisap bagian
tubuhku yang paling sensitif itu. Aku semakin
larut dalam birahi akibat perlakuan Benny, karena
ia tidak hanya memainkan lidahnya saja di liang
kenikmatan itu, namun jari-jarinya pun ikut
bermain disana. Benny menyentil-nyentilkan
lidahnya pada klitorisku dan menyebabkan aku
menggelinjang nikmat.
“Bener-bener memek yang mantep!! Pantesan
aja kalian berdua doyan banget mainin
memeknya Kak Tita…” kata Benny kepada
teman-temannya.
Tidak lama dipermainkan seperti itu aku pun
merasakan orgasme mulai melanda tubuhku.
“Ehhhmmmmm… Enaaak… Teruuusss Ben…
Kakaaak… U-udaaah pengeeeen… Keluaaaaaar…
Aaaaaaah…” desahanku semakin tidak karuan.
Vaginaku mulai berdenyut-denyut hingga
akhirnya ‘Sssssrrrr…’ keluarlah cairan bening
yang hangat dari vaginaku diiringi dengan
menegangnya seluruh tubuhku.
“Mmmhhh… Aaaaaaaah… Eeeeengghh…
Aaaaaaaaahh…” aku mendesah sejadi-jadinya
melepaskan perasaan nikmat yang melandaku.
“Sluuurrpp… Sluurrpp… Gurih banget
memeknya Kak Tita… Sluuurrp… Nyaaam…” kata
Benny sambil terus menghisap cairan yang
sudah membasahi liang kewanitaanku sampai
benar-benar bersih.
Saat sedang menikmati permainan Benny pada
vaginaku dan disertai hisapan Erwin pada
payudaraku, Didit yang sedang kumainkan
penisnya tiba-tiba berkata “Kak Tita, sepongin
kontol Didit dong! Jangan cuma dipegang-
pegang doang…”
Tanpa ragu lagi, aku menuruti saja apa yang
diperintahkan oleh Didit. Tanganku mulai
menarik penisnya yang sudah mengacung keras
mendekati mulutku. Kepala penis milik Didit
sekarang sudah terlihat merah kehitaman karena
sudah sangat tegang. Aku mengeluarkan lidah
dan mulai menyapukannya perlahan ke kepala
penis Didit sambil tanganku juga ikut aktif
mengocok-ngocoknya.
“Eeeemm… I-yaah… E-enaaak Kak… I-yah
teruuuus kayak gitu…” erang Didit sambil
tangannya mulai membelai-belai rambutku.
Mataku melirik ke wajah Didit untuk sekedar
melihat reaksinya serta menambah sensasi
permainanku. Namun ternyata Didit yang tidak
mampu untuk memandangku mataku lama-
lama.
“Uuuuuh… E-enaaaak bangeeet disepongin Kak
Titaaa… Aaahh!” kata Didit sambil sedikit
mendesah karena jilatanku.
Mungkin karena sudah tidak tahan, Didit ikut
mendorong penisnya hingga hampir seluruhnya
masuk ke dalam mulutku.
“Eeeeemmmmhh…!” desahku tertahan dengan
mata membelakak kaget.
Benda itu terasa sangat menyesakkan di mulutku
yang mungil, belum lagi aromanya yang tidak
sedap itu. Sepertinya bau penis Didit memang
tidak sedap seperti penampilan luarnya. Namun
aku tetap saja aku terus menggerakkan lidahku
dan melakukan hisapan-hisapan kecil pada
penisnya.
“Kakak emang doyan ngisep kontol yah? Kak Tita
suka kan sama kontol saya… Hehehe…” ejek Didit
yang membuatku tersipu malu.
Aku sepertinya sudah mulai sedikit beradaptasi
dengan bau penis Didit yang telah bertengger
sekitar 5 menitan di mulutku. Mulanya memang
Didit yang memaju-mundurkan penisnya di
mulutku seperti sedang menyetubuhinya,
namun kini aku yang memaju-mundurkan
sendiri kepalaku sambil menghisap penisnya.
“Kak Tita jago banget sih nyepongnyaaaa…
Ehhhhmm…!” gumam Didit keenakan.
Didit nampak sangat menikmati penisnya
dikulum oleh aku. Sekitar 10 menit merasakan
hisapanku pada penisnya, ia melepaskan
penisnya dari mulutku.
“Jangan dikeluarin dulu ya Kak. Nanti aja biar
lebih seru…” kata Didit.
“Masukin penis kalian ke vagina Kakak dong…”
karena sudah tidak tahan dirangsang seperti ini
akhirnya aku memohon supaya diantar ke
puncak kenikmatan oleh mereka.
Benny yang berada paling dekat dengan liang
senggamaku langsung mengambil inisiatif, dia
menaikkan kedua kakiku ke bahunya seperti gaya
di film tadi. Perlahan-lahan Benny mulai
memasukkan batang kemaluannya ke liang
kewanitaanku yang sudah tidak perawan lagi.
“Oooohh… Ayo Ben puasin kakak!! Ka-kakak
udah gak tahan lagi… Aaahh…” teriakku.
“Kakak masih perawan ya? Kok masih sempit
banget sih?” tanya Benny.
Selama beberapa waktu aku bersetubuh
dengannya sampai akhirnya aku merasakan
sudah akan mencapai orgasme untuk kedua
kalinya.
“Terus Ben… Aaaaaah… Kakak mau
keluaaaaarr…!!” desahanku semakin menjadi
ketika gelombang orgasme itu kembali menerpa.
Sambil melepas kulumanku pada batang
kemaluan Didit, aku mengerang panjang
“Aaaaaaaaaaaaaahhhhhh…”
Tubuhku menegang menekuk ke atas, tanganku
meremas kencang rambut Erwin yang sedang
menjilati payudaraku, pertanda aku sudah
mencapai orgasme. Tubuhku menggelinjang
dahsyat merasakan nikmat yang melebihi
orgasme sebelumnya. Yang datang kali ini
adalah multiorgasme sehingga tubuhku
berkelejotan tak terkendali, sungguh luar biasa
seperti melayang ke surga saja rasanya.
Saat itu Benny yang belum mencapai klimaks
melanjutkan hujaman-hujamannya terhadap
liang vaginaku.
Sekitar 5 menit kemudian barulah ia berteriak
“Benny udaaah pengeeenn keluaaaar Kak…!!”
Lalu ‘Crooot… Croooot…’ aku dapat merasakan
cairan dari penis Benny membanjiri vaginaku.
“Aaaaaahh… Enaaaaaaknya…” lenguh Benny
sambil menekan dalam-dalam penisnya yang
menyemburkan sperma.
Aku benar-benar lelah setelah mencapai
orgasme. Sekilas aku melihat Benny beristirahat
dan hanya menonton kedua temannya sedang
bermain dengan tubuhku. Kali ini Didit
memintaku untuk melakukan doggy style,
batang penisnya dimasukkan ke dalam vaginaku
lewat belakang, sedangkan Erwin yang berada di
bawahku sibuk bermain dengan payudaraku.
Badanku bergerak maju mundur mengikuti
gerakan keduanya.
“Ahhh… Yaaa… Teruuuus lebih dalam lagi…
Uuhhh… Uuhhh… Diiiitt…!! Kamu hebat banget!
Aahhh!” seluruh ruangan itu dipenuhi suara
eranganku.
Sesaat kemudian Didit melepas batang
kemaluannya dan berpindah ke depan wajahku.
“Kak buka mulutnya! Aku udah mau keluar nih…”
Dan tidak lama kemudian ‘Croot… Croot…’
sperma Didit membasahi mulut mungilku. Aku
menelan semua spermanya dan membersihkan
yang tertinggal di bibirku. Namun tidak itu saja,
dengan cepat aku meraih batang kemaluan Didit
yang masih berlepotan itu lalu aku kulum dan
menjilatinya sampai bersih dari sisa spermanya.
“Aduh Kak Tita ganas banget sih! Emang rasanya
enak ya? Sampe napsu banget kayak gitu?” tanya
Didit penasaran.
Tanpa menjawab aku terus mengulum batang
kemaluan itu dengan rakusnya seperti binatang
yang sedang kehausan. Sementara itu Erwin
yang masih berada di bawahku pun meminta
giliran untuk dihisap kemaluannya. Hanya
bertahan 10 menit, Erwin sudah mencapai
klimaks. Dia juga membuang air maninya di
dalam mulutku. Setelah selesai, tubuhku terkulai
lemas dengan kepalaku di atas penis Erwin.
Dengan nafas terengah-engah, Erwin memuji
keahlian oral seks-ku. Rupanya dia baru
mengalami orgasme hebat.
Benny yang sudah memulihkan tenaga
mengatur posisiku dan menyelipkan bantal kursi
agar aku dapat menyandarkan kepalanya di
karpet.
“Ben, kamu mau bikin posisi apa lagi sekarang?”
tanyaku.
Lantas Benny berlutut di tengah badanku dan
menggesek-gesekan batang kemaluannya di
antara payudaraku itu. Aku kemudian mulai
mengocok penisnya di daerah itu. Sementara
Erwin yang dari tadi belum sempat merasakan
bersetubuh denganku, terlihat sedang menikmati
sempitnya liang kewanitaanku. Dia
merentangkan kedua paha mulusku dan
menancapkan batang kemaluannya dalam-
dalam, sementara itu aku juga mengulum
batang kemaluan Didit di sampingnya.
Dirangsang 3 orang sekaligus seperti itu tentu
membuat birahiku bangkit kembali.
Dalam waktu kira-kira 15 menit kemudian
akhirnya Benny menyiram wajahku dengan air
maninya, ditambah lagi dalam waktu bersamaan
Didit pun turut mengeluarkan spermanya di
dalam mulutku. Tidak lama berselang setelah itu
Erwin ejakulasi di atas payudaraku.
Saat itu tubuhku benar-benar basah kuyup oleh
keringat dan sperma, aku merasakan kenikmatan
yang luar biasa dari 3 orang sekaligus. Aku
menyeka sperma yang membasahi dada dan
wajahku dengan jariku, lalu aku jilati dengan
rakus.
Benny tiba-tiba bertanya “Kakak kok seneng
banget sih minum peju? Emang rasanya enak ya
Kak?” tanya Benny dengan wajah bingung.
“Kira-kira rasanya kayak kamu minum cairan
dari vagina Kakak aja…” jawabku menerangkan
dengan singkat.
Tubuhku benar-benar lelah setelah bercinta
dengan mereka, mungkin karena aku dikerubuti
3 orang sekaligus, ditambah kami bersetubuh
hingga berkali-kali. Sambil beristirahat aku
sempat menyuruh mereka untuk tidak
menceritakan hal ini kepada siapapun, terutama
kepada adikku Dewi. Tidak terasa, waktu saat itu
telah menunjukkan pukul 12 siang. Kami pun
bersiap-siap mandi, karena sebentar lagi Dewi
akan pulang.
Untung saja, karena tidak lama setelah kami
semua dalam keadaan bersih sehabis mandi,
Dewi pun pulang. Mereka mulai mengerjakan
tugas kelompok mereka seolah-olah tidak terjadi
apa-apa. Aku tersenyum-senyum sendiri karena
tidak yakin apakah mereka bisa konsentrasi
belajar atau tidak setelah mengalami kejadian
nikmat bersamaku tadi.
Karena sudah didera kelelahan yang amat
sangat, aku pun pamit kepada mereka untuk
masuk ke kamar tidur. Sekilas aku dapat melihat
wajah mereka yang lelah sekaligus puas,
tersenyum penuh arti kepadaku. Dan mungkin
setelah selesai mengerjakan tugas kampus ini,
mereka akan merencanakan untuk ‘belajar
kelompok’ bersama aku lagi.
- TAMAT -


Adult | GO HOME | Exit
1/3750
U-ON

inc Powered by Xtgem.com